Keselarasan hidup manusia dan alam terangkum dalam
konsep arsitektur hijau. Konsep yang kini tengah digalakkan dalam kehidupan
manusia modern.
Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan pada
Arsitektur Bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan
pada kesehatan manusia dan lingkungan. Arsitektur hijau meliputi lebih dari
sebuah bangunan.
Dalam
perencanaannya, harus meliputi lingkungan utama yang berkelanjutan. "Untuk
pemahaman dasar Arsitektur Bangunan hijau (green architecture) yang
berkelanjutan, di antaranya mempelajari tentang bahan bangunan yang mendukung
penghematan energi.
Konsep
arsitektur hijau juga sangatlah mendukung program penghematan energi. Salah satu
contohnya rumah ala tropis dengan banyak bukaan, dibentuk untuk mengurangi
pemakaian AC juga penerangan. Namun, hal tersebut tidak akan berjalan mulus
jika sekeliling rumah tidak asri. Bukaan banyak hanya akan memasukkan udara
panas dan membuat pemiliknya tetap memasang pendingin ruangan.
Dari
segi interior juga demikian, arsitektur hijau mensyaratkan dekorasi dan
perabotan tidak perlu berlebihan, saniter lebih baik, dapur bersih, desain
hemat energi, kemudahan air bersih, luas dan jumlah ruang sesuai kebutuhan,
bahan bangunan berkualitas dan konstruksi lebih kuat, serta saluran air bersih.
Adapun pemanfaatan energi
alternatif antara lain :
·
Untuk menghemat pemakaian listrik, kita dapat
menggunakan lampu hemat energi, mempertahankan suhu AC di 25º C, membuka tirai
jendela bila memungkinkan agar terang, dan matikan peralatan elektronik jika
tidak diperlukan (bukan posisi stand-by).
·
Penghuni diajak
memanfaatkan energi alternatif dalam memenuhi kebutuhan listrik yang murah dan
praktis, serta ditunjang pengembangan teknologi energi tenaga surya, angin,
atau biogas untuk bangunan rumah/ gedung.
·
Penggunaan
material lokal justru akan lebih menghemat biaya (biaya produksi, angkutan).
Kreativitas desain sangat dibutuhkan untuk menghasilkan bangunan berbahan lokal
menjadi lebih menarik, keunikan khas lokal, dan mudah diganti dan diperoleh
dari tempat sekitar. Perpaduan material batu kali atau batu bata untuk fondasi
dan dinding, dinding dari kayu atau gedeg modern (bambu), atap genteng, dan
lantai teraso tidak kalah bagus dengan bangunan berdinding beton dan kaca,
rangka dan atap baja, serta lantai keramik, marmer, atau granit. Motif dan
ornamen lokal pada dekoratif bangunan juga memberikan nilai tambah tersendiri.
·
Pemanfaatan
material bekas atau sisa untuk bahan renovasi bangunan juga dapat menghasilkan
bangunan yang indah dan fungsional. Kusen, daun pintu atau jendela, kaca,
teraso, hingga tangga dan pagar besi bekas masih bisa dirapikan, diberi
sentuhan baru, dan dipakai ulang yang dapat memberikan suasana baru pada
bangunan. Lebih murah dan tetap kuat.
·
Bangunan harus
mulai mengurangi pemakaian air (reduce), penggunaan kembali air untuk berbagai
keperluan sekaligus (reuse), mendaur ulang buangan air bersih (recycle), dan
mengisi kembali air tanah (recharge) dengan sumur resapan air (1 x 1 x 2 meter)
dan/atau lubang resapan biopori (10 sentimeter x 1 meter).
·
Semua air
limbah dimasukkan ke dalam sumur resapan air dengan pengolahan konvensional supaya
tidak harus terlalu bergantung kepada sistem lingkungan yang ada. Cara hemat
penggunaan air adalah tutup keran bila tidak diperlukan, jangan biarkan air
keran menetes, hemat air saat cuci tangan dan cuci gelas/piring, pilih dual
flush untuk toilet, selalu habiskan air yang Anda minum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar